Jumat, 19 April 2013

Aku rela meski....



Entah mulai kapan aku merasakan perubahan pada sikapmu. Dan dari situlah aku mulai bertanya-tanya. Adakah perhatian lain yang kau dapatkan disana?
Entah mulai kapan aku merasakan dirimu yang biasanya selalu memperhatikanku setiap waktu kini berubah seakan-akan menganggapku seperti patung yang tak berhias dan tak menarik untuk di lirik atau di lihat sedikitpun. Dan dari situlah aku mulai merasa mungkin kebosanan sudah menguasai hatimu sekarang.
Entah mulai kapan aku merasakan semua yang selalu kita lakukan seperti berbicara di telepon, saling memberi perhatian, saling memberi kabar walaupun sesibuk apapun. Seakan-akan memudar begitu saja. Dan dari situlah aku mulai menyadari bahwa dirimu yang dulu memang sudah benar-benar tidak disini. Kamu menghilang... dan aku kesulitan untuk mencarinya...
Angan-anganku sejak dulu mungkin sudah tak dapat lagi aku perjuangkan. Mana mungkin aku berjuang sendiri sedangkan kamu membiarkanku lalu pergi begitu saja...
Apakah aku harus membiasakan diriku tanpa perhatianmu? Haruskah aku menahan semua sesak dan sakit yang menembus dadaku demi mempertahankanmu dan mengutamakan kebebasanmu? Tak apa, aku rela. Aku rela  meski aku harus mencicipi rasa sakit itu demi mempertahankan semua. Aku rela asalkan kau berjanji tak memanfaatkan semua kesabaran yang aku beri. Aku rela meski semua dengan perlahan membunuhku. Kau tak perlu khawatir, perasaanku tak akan pernah terkikis...