Entah mulai kapan aku merasakan perubahan pada sikapmu. Dan dari
situlah aku mulai bertanya-tanya. Adakah perhatian lain yang kau dapatkan
disana?
Entah mulai kapan aku merasakan dirimu yang biasanya selalu
memperhatikanku setiap waktu kini berubah seakan-akan menganggapku seperti
patung yang tak berhias dan tak menarik untuk di lirik atau di lihat
sedikitpun. Dan dari situlah aku mulai merasa mungkin kebosanan sudah menguasai
hatimu sekarang.
Entah mulai kapan aku merasakan semua yang selalu kita
lakukan seperti berbicara di telepon, saling memberi perhatian, saling memberi
kabar walaupun sesibuk apapun. Seakan-akan memudar begitu saja. Dan dari
situlah aku mulai menyadari bahwa dirimu yang dulu memang sudah benar-benar
tidak disini. Kamu menghilang... dan aku kesulitan untuk mencarinya...
Angan-anganku sejak dulu mungkin sudah tak dapat lagi aku
perjuangkan. Mana mungkin aku berjuang sendiri sedangkan kamu membiarkanku lalu
pergi begitu saja...
Apakah aku harus membiasakan diriku tanpa perhatianmu? Haruskah
aku menahan semua sesak dan sakit yang menembus dadaku demi mempertahankanmu
dan mengutamakan kebebasanmu? Tak apa, aku rela. Aku rela meski aku harus mencicipi rasa sakit itu demi
mempertahankan semua. Aku rela asalkan kau berjanji tak memanfaatkan semua
kesabaran yang aku beri. Aku rela meski semua dengan perlahan membunuhku. Kau tak
perlu khawatir, perasaanku tak akan pernah terkikis...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar